Jakarta memang terkenal dengan pemukimannya yang padat serta gedung-gedung tinggi yang menjulang setiap sudut kota. Apalagi dengan jalanannya yang tiap hari macet nggak ada ujungnya. Buat Anda yang tinggal di Jakarta, bagaimana cara anda menikmati akhir pekan? Belanja di mall? Atau nonton bioskop?
Khusus untuk anda yang tinggal di Jakarta Barat dan ingin mencari suasana lain saat akhir pekan. Anda bisa mengunjungi tempat-tempat yang kami rekomendasikan berikut ini.
Lokasi: Jalan K. S. Tubun no. 4, Petamburan, Jakarta Barat
Jika anda ingin melihat koleksi dan mengenal berbagai jenis kain yang ada di Indonesia, tempat ini bisa anda jadikan referensi kunjungan anda. Sebelumnya bangunan ini adalah bangunan rumah sejak abad ke-19 milik seorang berkebangsaan Perancis. Dan pada tahun 1952 dibeli oleh Departemen Sosial, yang kemudian diserahkan ke Pemda Jakarta tahun 1975. Diresmikan sebagai museum tekstil pada 28 Juni 1976. Museum ini merupakan museum tekstil terbesar di Indonesia dengan koleksi sekitar 1000 buah dan terbagi jadi 4 kategori. Kategori kain batik, kain tenun, peralatan, dan koleksi campuran kesemuanya khas tradisional Indonesia. Di museum ini juga terdapat taman di halaman belakang. Taman Pewarna Alam itulah namanya, lahan seluas 2000 meter persegi ditanami berbagai tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pewarna alami. Anda juga bisa mengikuti kursus membatik yang berada di halaman paling belakang Museum Tekstil.
Pecinan/Chinatown Glodok
Lokasi: Jalan Pancoran, Desa Glodok, Tamansari, Jakarta Barat
Anda suka segala sesuatu yang berbau khas Cina? Glodok Chinatown sangat wajib anda kunjungi. Sejarah penamaan Glodok Pancoran di ambil dari suara glodok..glodok..glodok yang keluar saat kincir kayu berputar terkena pancuran air yang ada di dekat kawasan ini. Kawasan ini sudah berdiri sebelum pemerintahan Hindia Belanda ada. Dahulu bersama kampung tua lainnya kawasan Glodok berdiri di sepanjang aliran sungai Ciliwung. Di tahun 1740 terjadi pemberontakan etnis Tionghoa yang disebut Geger Pecinan yang mengakibatkan hampir 20 ribu warga Tionghoa menjadi korban, hingga kali Angke yang berada di dekat kawasan itu berubah menjadi merah bercampur darah. Akhirnya pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan yang melarang etnis Tionghoa tinggal di dalam tembok kota dan di pindahkan ke kawasan Glodok. Hal itu dimaksudkan agar pengawasan menjadi lebih mudah. Sejak saat itu wilayah Glodok menjadi Pecinan dan pusat perdagangan. Disini Anda bisa berfoto dengan latar belakang bangunan dengan arsitektur khas Cina. Derah Glodok juga terkenal dengan barang-barang berharga murah. Anda akan dengan mudah menemukan pernak-pernik berbau Tionghoa, obat-obatan tradisonal, barang elektronik, mainan anak, aksesoris, makanan dan minuman. Uniknya lagi di sini anda masih bisa menemukan pedagang yang masih memakai sempoa sebagai alat hitung. Khusus untuk anda yang beragama muslim sebelum anda membeli makanan lebih baik bertanya terlebih dahulu apakah makanan tersebut mengandung daging babi atau tidak.
Jembatan ini adalah jembatan kayu yang menghubungkan sisi Timur dan Barat Kota Intan. Dibangun tahun 1628 dengan nama Jembatan Inggris (Engelse Brug). VOC memberikan nama baru Middlepunt Brug (Jembatan Pusat) setelah perbaikan tahun 1655, namun saat itu masyarakat menyebutnya Jembatan Pasar Ayam. Jembatan ini diubah namanya menjadi Juliana saat perbaikan tahun 1938. Jembatan ini sudah mengalami renovasi beberapa kali, sehingga masih tetap kokoh meski sudah berumur. Anda tak perlu membayar biaya masuk untuk kesini. Disekitar jembatan dibangun taman dengan bangku bangku panjang dan pepohonan yang rimbun. Tempat ini menjadi favorit warga sekitar untuk bersantai di kala sore hari. Sayangnya kondisi kali besar yang berada di bawah jembatan ini sangat keruh dan kurang sedap dipandang. Sehingga jembatan ini lebih cocok dinikmati saat malam hari karena sudah dipasang lampu yang mempercantik suasana. Untuk waktu-waktu tertentu jika anda beruntung anda bisa melihat saat jembatan ini diangkat karena memang masih berfungsi normal.
Toko Merah
Lokasi: Jalan Kali Besar Barat No. 11, Tambora, Jakarta Barat.
Toko Merah berada di kawasan Kota Tua. Sesuai namanya, Toko Merah memiliki bangunan yang berwarna merah. Dahulu gedung ini digunakan sebagai tempat tinggal salah satu Gubernur Jendral VOC. Nama Toko Merah muncul pada saat seorang keturunan China menggunakan bangunan ini pada tahun 1851 untuk dijadikan sebuah toko. Kondisi dalam tempat ini juga masih terawat. Tempat ini juga telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya dalam kawasan Kota Tua. Bangunan ini cukup unik karena gaya arsitektur Belanda namun dengan warna merah khas Oriental. Anda bisa menjadikannya latar belakang foto selfie anda. Bangunan yang memang menarik banyak pengunjung di kawasan kota tua ini selalu ramai. Jadi jangan kaget jika anda harus rela menunggu saat benar-benar sepi agar dapat berfoto dengan puas. Anda juga bisa masuk kedalam bangunan ini. Bisa masuk? Tentu saja bisa. Dari luar memang terlihat bangunan ini seperti tertutup, namun anda tak perlu ragu untuk masuk. Dengan membayar 10 ribu anda akan diajak berkeliling melihat suasana di dalam sini. Gedung yang terdiri dari tiga lantai ini sebenarnya adalah dua rumah dengan satu atap. Terdapat sekat tebal persis di tengah bangunan. Total ruangannya berjumlah 25. Banyaknya orang yang berfoto di luar tak berbanding lurus dengan pengunjung yang mau masuk ke sini. Gedung ini juga biasa disewakan untuk berbagai acara seperti pesta pernikahan, pemotretan, dan syuting film. Gedung ini buka mulai dari pukul 09.00 sampai 16.30.
Museum Fatahillah
Lokasi: Jalan Taman Fatahillah No.1, Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat.
Museum Fatahillah atau dikenal juga sebagai Museum Sejarah Jakarta adalah salah satu museum yang paling besar di Jakarta. Dibangun pada tahun 1707 sebagai sebuah balai kota, bangunan ini memiliki ruang kantor, ruang pengadilan, dan penjara bawah tanah. Pada tahun 1974, bangunan dengan arsitektur abad 17 ini beralih fungsi menjadi sebuah museum. Koleksi yang dimiliki museum Fatahillah yaitu barang arkeologi, mebel antik, keramik, prasasti, benda kebudayaan betawi, meriam, patung, dan lain-lain. Fasilitas yang dimiliki museum Fatahillah yaitu perpustakaan, kantin, toko suvenir, sinema, musholla, ruang pertemuan, dan taman. Saran saya, apabila anda ingin datang ke museum ini, datanglah pada akhir pekan karena jalanan disekitar museum ini sangatlah macet pada hari kerja.
Museum Bank Indonesia
Lokasi: Jalan Jembatan Batu No.3, Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat.
Museum Bank Indonesia adalah museum yang terbaik di Jakarta menurut saya. Apa yang membuat saya berkata demikian? Museum Bank Indonesia adalah museum yang sangat modern, bersih, dan rapi, tidak seperti kebanyakan museum lain di Jakarta yang kurang terpelihara. Dengan penataannya yang rapi, pencahayaan yang menarik, ruangan yang ber AC, dan manajemen yang baik, museum ini memiliki kualitas kelas internasional dan menupakan museum yang paling nyaman dikunjungi di Jakarta menurut saya. Koleksi yang dimiliki Museum Bank Indonesia adalah uang kertas, uang logam, emas batangan, brankas, dan benda lain yang menjadi saksi sejarah Indonesia dan berhubungan dengan keuangan. Selain nyaman dan edukatif, biaya masuk Museum Bank Indonesia adalah gratis, oleh karena itu museum ini adalah salah satu tempat wisata di Jakarta Barat yang wajib dikunjungi.
Masjid An-Nawier
Lokasi: Jalan Pekojan Raya No.71, RT.3/RW.1, Pekojan, Tambora, Jakarta Barat
Masjid An-Nawier adalah salah satu tempat wisata di Jakarta Barat dengan kategori wisata religi dan wisata sejarah. Masjid An-Nawier dulunya adalah sebuah pusat penyebaran agama Islam. Masjid An-Nawier memiliki bentuk unik hasil dari perpaduan budaya asing. Salah satu ciri khas Masjid An-Nawier adalah tidak memiliki kubah seperti masjid yang umum dijumpai di Indonesia. Pemukiman di sekitar lokasi ini dulunya merupakan lingkungan yang dihuni mayooritas keturunan bangsa Arab, Yaman, dan India. Kampung Arab Pekojan begitulah tempat ini dulu dikenal. Masjid yang berdiri tahun 1760 dan masih kokoh berdiri sampai sekarang. Masjid yang disebut sebagai masjid terbesar di Jakarta Barat ini mempunyai 3 pintu masuk. Pintu Selatan yang menghadap Jalan Pekojan Raya, Pintu Timur, dan Pintu Utara. Kebanyakan pengunjung masuk melewati pintu timur yang merupakan pintu utama masjid. Begitu masuk anda bisa melihat 33 pilar yang menopang masjid. Terdapat juga mimbar tua yang merupakan hadiah dari Sultan Pontianak. Keunikan lainnya adalah terdapat mercusuar yang dulunya berfungsi sebagai tempat untuk mengumandangkan adzan sebelum ada pengeras suara. Masjid yang mampu menampung lebih dari 1,000 jamaah ini ramai dikunjungi wisatawan hingga saat ini. Terlebih lagi saat bulan Ramadhan karena banyak aktifitas ibadah. Pada saat bulan Ramadhan terdapat beberapa kegiatan seperti pengajian, buka bersama, dan shalat tarawih. Untuk anda yang menyukai wisata religi anda bisa menambahkan tempat ini ke daftar wisata anda.
Gereja Sion
Lokasi: Jalan Pangeran Jayakarta, Jakarta Barat.
Jika anda penyuka wisata religi ini bisa anda jadikan tujuan wisata. Gereja Sion atau lebih dikenal dengan nama Gereja Portugis adalah sebuah gereja kuno dengan arsitektur yang megah dan kokoh. Gereja yang terletak di Jalan Pangeran Jayakarta ini mempunyai kapasitas sekitar 1,000 orang. Gereja Sion merupakan gereja peninggalan bangsa Portugis, yang selesai dibangun pada tahun 1695. Kemudian baru diresmikan pada hari Minggu, 23 Oktober 1695 dengan pemberkatan oleh Pendeta Theodorus Zas. Proses bangunan gereja memakan waktu sekitar dua tahun lamanya, dengan peletakan batu pertama pada 19 Oktober 1693 oleh Pieter Van Hoorn. Cerita selengkapnya tertuang pada sebuah papan peringatan dalam bahasa Belanda yang sampai saat ini masih dapat dilihat oleh setiap pengunjung. Gereja Sion dibangun dengan pondasi yang sangat kuat, buktinya hingga kini masih berdiri kokoh, meskipun sempat dilakukan pemugaran pada tahun 1920 dan 1978. Bahan pondasi yang digunakan adalah 10.000 kayu dolken atau balok bundar. Konstruksi seperti ini dirancangan oleh E. Ewout Verhagen dari Rotterdam. Uniknya seluruh tembok bangunan terbuat dari batu bata yang direkatkan dengan campuran pasir dan gula tahan panas. Fakta menarik tentang Gereja Sion adalah bahwa bangunan ini merupakan bangunan paling tua yang masih dipakai sesuai dengan tujuan awal pembangunannya, memang banyak bangunan lain yang lebih tua, namun semuanya sudah beralih fungsi. Anda juga bisa melihat sebuah Organ Suling yang juga berusia tua di Gereja ini. Dibutuhkan dua orang untuk memainkan alat musik ini, satu untuk menekan tuts dan yang satunya untuk meniupkan udara. Usia bangunan ini pun bisa anda ketahui dari angka yang terdapat diatas pintu masuk yang selalu diganti tiap tahunnya.
Semua tempat tersebut bisa anda tempuh dengan kendaraan pribadi atau transportasi umum. Anda juga bisa menggunakan Jasa rental mobil kami agar tak terlalu merasakan panasnya ibukota. Hubungi kami di 0852 3116 4042 Telp/Whatsapp.
Pecinan/Chinatown Glodok
Lokasi: Jalan Pancoran, Desa Glodok, Tamansari, Jakarta Barat
Anda suka segala sesuatu yang berbau khas Cina? Glodok Chinatown sangat wajib anda kunjungi. Sejarah penamaan Glodok Pancoran di ambil dari suara glodok..glodok..glodok yang keluar saat kincir kayu berputar terkena pancuran air yang ada di dekat kawasan ini. Kawasan ini sudah berdiri sebelum pemerintahan Hindia Belanda ada. Dahulu bersama kampung tua lainnya kawasan Glodok berdiri di sepanjang aliran sungai Ciliwung. Di tahun 1740 terjadi pemberontakan etnis Tionghoa yang disebut Geger Pecinan yang mengakibatkan hampir 20 ribu warga Tionghoa menjadi korban, hingga kali Angke yang berada di dekat kawasan itu berubah menjadi merah bercampur darah. Akhirnya pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan yang melarang etnis Tionghoa tinggal di dalam tembok kota dan di pindahkan ke kawasan Glodok. Hal itu dimaksudkan agar pengawasan menjadi lebih mudah. Sejak saat itu wilayah Glodok menjadi Pecinan dan pusat perdagangan. Disini Anda bisa berfoto dengan latar belakang bangunan dengan arsitektur khas Cina. Derah Glodok juga terkenal dengan barang-barang berharga murah. Anda akan dengan mudah menemukan pernak-pernik berbau Tionghoa, obat-obatan tradisonal, barang elektronik, mainan anak, aksesoris, makanan dan minuman. Uniknya lagi di sini anda masih bisa menemukan pedagang yang masih memakai sempoa sebagai alat hitung. Khusus untuk anda yang beragama muslim sebelum anda membeli makanan lebih baik bertanya terlebih dahulu apakah makanan tersebut mengandung daging babi atau tidak.
Lokasi: Jalan Kali Besar Barat, Kawasan Kota Tua, Jakarta Barat
Toko Merah
Lokasi: Jalan Kali Besar Barat No. 11, Tambora, Jakarta Barat.
Toko Merah berada di kawasan Kota Tua. Sesuai namanya, Toko Merah memiliki bangunan yang berwarna merah. Dahulu gedung ini digunakan sebagai tempat tinggal salah satu Gubernur Jendral VOC. Nama Toko Merah muncul pada saat seorang keturunan China menggunakan bangunan ini pada tahun 1851 untuk dijadikan sebuah toko. Kondisi dalam tempat ini juga masih terawat. Tempat ini juga telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya dalam kawasan Kota Tua. Bangunan ini cukup unik karena gaya arsitektur Belanda namun dengan warna merah khas Oriental. Anda bisa menjadikannya latar belakang foto selfie anda. Bangunan yang memang menarik banyak pengunjung di kawasan kota tua ini selalu ramai. Jadi jangan kaget jika anda harus rela menunggu saat benar-benar sepi agar dapat berfoto dengan puas. Anda juga bisa masuk kedalam bangunan ini. Bisa masuk? Tentu saja bisa. Dari luar memang terlihat bangunan ini seperti tertutup, namun anda tak perlu ragu untuk masuk. Dengan membayar 10 ribu anda akan diajak berkeliling melihat suasana di dalam sini. Gedung yang terdiri dari tiga lantai ini sebenarnya adalah dua rumah dengan satu atap. Terdapat sekat tebal persis di tengah bangunan. Total ruangannya berjumlah 25. Banyaknya orang yang berfoto di luar tak berbanding lurus dengan pengunjung yang mau masuk ke sini. Gedung ini juga biasa disewakan untuk berbagai acara seperti pesta pernikahan, pemotretan, dan syuting film. Gedung ini buka mulai dari pukul 09.00 sampai 16.30.
Museum Fatahillah
Lokasi: Jalan Taman Fatahillah No.1, Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat.
Museum Fatahillah atau dikenal juga sebagai Museum Sejarah Jakarta adalah salah satu museum yang paling besar di Jakarta. Dibangun pada tahun 1707 sebagai sebuah balai kota, bangunan ini memiliki ruang kantor, ruang pengadilan, dan penjara bawah tanah. Pada tahun 1974, bangunan dengan arsitektur abad 17 ini beralih fungsi menjadi sebuah museum. Koleksi yang dimiliki museum Fatahillah yaitu barang arkeologi, mebel antik, keramik, prasasti, benda kebudayaan betawi, meriam, patung, dan lain-lain. Fasilitas yang dimiliki museum Fatahillah yaitu perpustakaan, kantin, toko suvenir, sinema, musholla, ruang pertemuan, dan taman. Saran saya, apabila anda ingin datang ke museum ini, datanglah pada akhir pekan karena jalanan disekitar museum ini sangatlah macet pada hari kerja.
Museum Bank Indonesia
Lokasi: Jalan Jembatan Batu No.3, Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat.
Museum Bank Indonesia adalah museum yang terbaik di Jakarta menurut saya. Apa yang membuat saya berkata demikian? Museum Bank Indonesia adalah museum yang sangat modern, bersih, dan rapi, tidak seperti kebanyakan museum lain di Jakarta yang kurang terpelihara. Dengan penataannya yang rapi, pencahayaan yang menarik, ruangan yang ber AC, dan manajemen yang baik, museum ini memiliki kualitas kelas internasional dan menupakan museum yang paling nyaman dikunjungi di Jakarta menurut saya. Koleksi yang dimiliki Museum Bank Indonesia adalah uang kertas, uang logam, emas batangan, brankas, dan benda lain yang menjadi saksi sejarah Indonesia dan berhubungan dengan keuangan. Selain nyaman dan edukatif, biaya masuk Museum Bank Indonesia adalah gratis, oleh karena itu museum ini adalah salah satu tempat wisata di Jakarta Barat yang wajib dikunjungi.
Masjid An-Nawier
Lokasi: Jalan Pekojan Raya No.71, RT.3/RW.1, Pekojan, Tambora, Jakarta Barat
Masjid An-Nawier adalah salah satu tempat wisata di Jakarta Barat dengan kategori wisata religi dan wisata sejarah. Masjid An-Nawier dulunya adalah sebuah pusat penyebaran agama Islam. Masjid An-Nawier memiliki bentuk unik hasil dari perpaduan budaya asing. Salah satu ciri khas Masjid An-Nawier adalah tidak memiliki kubah seperti masjid yang umum dijumpai di Indonesia. Pemukiman di sekitar lokasi ini dulunya merupakan lingkungan yang dihuni mayooritas keturunan bangsa Arab, Yaman, dan India. Kampung Arab Pekojan begitulah tempat ini dulu dikenal. Masjid yang berdiri tahun 1760 dan masih kokoh berdiri sampai sekarang. Masjid yang disebut sebagai masjid terbesar di Jakarta Barat ini mempunyai 3 pintu masuk. Pintu Selatan yang menghadap Jalan Pekojan Raya, Pintu Timur, dan Pintu Utara. Kebanyakan pengunjung masuk melewati pintu timur yang merupakan pintu utama masjid. Begitu masuk anda bisa melihat 33 pilar yang menopang masjid. Terdapat juga mimbar tua yang merupakan hadiah dari Sultan Pontianak. Keunikan lainnya adalah terdapat mercusuar yang dulunya berfungsi sebagai tempat untuk mengumandangkan adzan sebelum ada pengeras suara. Masjid yang mampu menampung lebih dari 1,000 jamaah ini ramai dikunjungi wisatawan hingga saat ini. Terlebih lagi saat bulan Ramadhan karena banyak aktifitas ibadah. Pada saat bulan Ramadhan terdapat beberapa kegiatan seperti pengajian, buka bersama, dan shalat tarawih. Untuk anda yang menyukai wisata religi anda bisa menambahkan tempat ini ke daftar wisata anda.
Gereja Sion
Lokasi: Jalan Pangeran Jayakarta, Jakarta Barat.
Jika anda penyuka wisata religi ini bisa anda jadikan tujuan wisata. Gereja Sion atau lebih dikenal dengan nama Gereja Portugis adalah sebuah gereja kuno dengan arsitektur yang megah dan kokoh. Gereja yang terletak di Jalan Pangeran Jayakarta ini mempunyai kapasitas sekitar 1,000 orang. Gereja Sion merupakan gereja peninggalan bangsa Portugis, yang selesai dibangun pada tahun 1695. Kemudian baru diresmikan pada hari Minggu, 23 Oktober 1695 dengan pemberkatan oleh Pendeta Theodorus Zas. Proses bangunan gereja memakan waktu sekitar dua tahun lamanya, dengan peletakan batu pertama pada 19 Oktober 1693 oleh Pieter Van Hoorn. Cerita selengkapnya tertuang pada sebuah papan peringatan dalam bahasa Belanda yang sampai saat ini masih dapat dilihat oleh setiap pengunjung. Gereja Sion dibangun dengan pondasi yang sangat kuat, buktinya hingga kini masih berdiri kokoh, meskipun sempat dilakukan pemugaran pada tahun 1920 dan 1978. Bahan pondasi yang digunakan adalah 10.000 kayu dolken atau balok bundar. Konstruksi seperti ini dirancangan oleh E. Ewout Verhagen dari Rotterdam. Uniknya seluruh tembok bangunan terbuat dari batu bata yang direkatkan dengan campuran pasir dan gula tahan panas. Fakta menarik tentang Gereja Sion adalah bahwa bangunan ini merupakan bangunan paling tua yang masih dipakai sesuai dengan tujuan awal pembangunannya, memang banyak bangunan lain yang lebih tua, namun semuanya sudah beralih fungsi. Anda juga bisa melihat sebuah Organ Suling yang juga berusia tua di Gereja ini. Dibutuhkan dua orang untuk memainkan alat musik ini, satu untuk menekan tuts dan yang satunya untuk meniupkan udara. Usia bangunan ini pun bisa anda ketahui dari angka yang terdapat diatas pintu masuk yang selalu diganti tiap tahunnya.
Semua tempat tersebut bisa anda tempuh dengan kendaraan pribadi atau transportasi umum. Anda juga bisa menggunakan Jasa rental mobil kami agar tak terlalu merasakan panasnya ibukota. Hubungi kami di 0852 3116 4042 Telp/Whatsapp.